Perempuan mengambil Kepemimpinan dalam Keselamatan, Meskipun Ada Rintangan

28 Apr 2022

Siti Indah Anggraini, seorang buruh pabrik, mengingat dengan jelas saat temannya tidak sengaja melukai dirinya sendiri ketika sedang memotong kain dengan gunting. Dia ingat melihat darah menetes di lantai pabrik. Siti mengatakan bahwa temannya masih baru bekerja di perusahaan tersebut pada saat kejadian. Selain belum berpengalaman, karyawan baru bisa saja dihadapkan pada sejumlah tekanan dan keadaan.

Kecelakaan tersebut memotivasi Siti untuk bergabung dengan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) di pabriknya untuk mencegah terjadinya kecelakaan serupa, dengan menambahkan bahwa divisi pemotongan relatif berbahaya dibandingkan dengan divisi lainnya. Ia mengaku senang bisa menjadi orang yang bisa menyuarakan keprihatinan rekan-rekannya tentang keselamatan kerja.

"Pabrik ini peduli dengan K3, jadi kami ingin ikut serta menyampaikan pesan bahwa kita harus aman dan sehat di tempat kerja dan saat pulang kerja," kata Siti. Siti bekerja di pabrik tas PT Kanindo Makmur Jaya di Jepara, Jawa Tengah. Anggota P2K3 seperti Siti memainkan peran kunci dalam menegakkan tindakan pencegahan K3 di perusahaan-perusahaan di Indonesia melalui dialog sosial yang berlangsung antara pekerja dan manajer pabrik. Namun, Siti adalah bagian dari minoritas perempuan - dari 28 anggota komite K3, hanya enam orang yang merupakan perempuan, meskipun ia bekerja di sebuah pabrik yang mempekerjakan sebagian besar perempuan.

Laporan Organisasi Buruh Internasional (ILO) tahun 2021 menyebutkan adanya kesenjangan gender sistemik yang serupa dalam lembaga dialog sosial di Asia. Data menunjukkan bahwa keanggotaan perempuan di lembaga dialog sosial nasional hanya berkisar antara 20 hingga 35 persen. Laporan penting ILO tentang kesetaraan gender juga menunjukkan bahwa waktu yang dituntut oleh tanggung jawab pengasuhan yang tidak dibayar, serta budaya kelembagaan yang didominasi oleh laki-laki, keduanya membatasi partisipasi perempuan dalam kepemimpinan. Perempuan juga sering kali diharapkan untuk melakukan tugas-tugas administratif dan kecil kemungkinannya untuk diidentifikasi sebagai pemimpin atau diberi pelatihan dan kesempatan yang diperlukan untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan.

Dengan adanya hambatan seperti itu, Siti mengakui bahwa ia merasa kurang dihargai ketika mencoba mengadvokasi perlindungan K3 di perusahaan. Ia merasa bahwa rekan-rekan kerjanya tidak mendengarkannya dengan baik seperti rekan-rekan kerjanya yang laki-laki.

Meskipun perempuan yang menduduki posisi kepemimpinan seperti Siti masih terus mengadvokasi kemajuan, perusahaannya telah melakukan perbaikan K3 yang penting untuk memenuhi kebutuhan pekerja perempuan. Kepala Departemen Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) Utang Nurdiana mengatakan bahwa P2K3 jarang menerima masukan tentang isu-isu terkait perempuan di tempat kerja. Dengan kata lain, isu-isu yang dibawa oleh perempuan atau yang berdampak pada perempuan jarang dibawa ke komite. Namun demikian, ia mengatakan bahwa P2K3 telah menginformasikan kepada para karyawan tentang fasilitas pabrik untuk pekerja perempuan dan terbuka untuk menerima masukan.

Ia menjelaskan bahwa perusahaan menyediakan ruang menyusui dan klinik yang tetap buka selama ada pekerja di pabrik. Klinik ini menyediakan layanan kesehatan reproduksi dan pengobatan kram menstruasi. Klinik ini mempekerjakan tiga perawat, dua bidan, satu sopir ambulans dan dua dokter yang tersedia di siang hari dan siap siaga selama shift malam.

PT Kanindo Makmur Jaya bukan satu-satunya contoh dalam upayanya mendukung pekerja perempuan. PT Sumber Bintang Rejeki juga menyediakan ruang menyusui. Para pekerja juga dapat memberi label dan menyimpan ASI mereka di lemari es dan mengambilnya saat mereka pulang ke rumah. Sebelum pandemi COVID-19, perusahaan juga menyelenggarakan sesi yoga dan senam kehamilan dengan bantuan dinas kesehatan setempat, kata Puji. Perusahaan juga bermitra dengan puskesmas untuk menyediakan layanan bagi ibu hamil.

"Kami sangat memperhatikan pekerja kami, mengingat sebagian besar pekerja kami adalah perempuan," ujar Pudji Astuti, manajer Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Urusan Umum di pabrik tersebut, seraya menambahkan bahwa perempuan merupakan 92 persen dari total pekerja di perusahaan. Kedua perusahaan tersebut menunjukkan bahwa Indonesia membuat kemajuan dalam mengelola isu-isu K3 yang berkaitan dengan perempuan. Better Work Indonesia juga melaporkan bahwa sebagian besar perusahaan yang berada di bawah bimbingannya telah menangani risiko keselamatan dan kesehatan bagi pekerja perempuan, seperti kehamilan atau menyusui.

Salah satu dari enam anggota P2K3 perempuan PT Kanindo Makmur Jaya, Wiwit Handayani, 31 tahun, memiliki pandangan positif terhadap upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan. Ia mengatakan bahwa komitmen tempat kerjanya untuk menerapkan K3 membuatnya merasa bahwa perusahaan memperhatikan kebutuhannya.

"Saya berharap di masa depan K3 dapat lebih digalakkan di tempat kerja untuk mengurangi jumlah kecelakaan kerja," kata Wiwit. Meskipun ada peningkatan dalam fasilitas kesehatan, kecelakaan masih relatif sering terjadi di lantai pabrik. Para pemimpin seperti Wiwit dan Siti terus berupaya agar suara mereka didengar dalam hal komponen-komponen kunci untuk membuat tempat kerja mereka seaman dan sesehat mungkin.

Berlangganan Buletin kami

Ikuti perkembangan berita dan publikasi terbaru kami dengan berlangganan buletin reguler kami.