Untuk pertama kalinya dalam hampir tiga tahun terakhir, Better Work Indonesia kembali menyambut Indonesia Business Forum (IBF) 2022 setelah Indonesia mengalami dampak penuh dari pandemi COVID-19 dan pemberlakuan UU Cipta Kerja.
Forum ini juga bertepatan dengan ulang tahun kesepuluh program Better Work di Indonesia. Lebih dari 150 peserta yang mewakili mitra dan peserta pembeli internasional Better Work, agen, grup produsen, pemegang lisensi, vendor, dan pemangku kepentingan nasional ambil bagian secara online dan langsung dalam IBF 2022 pada tanggal 8 Desember di Jakarta.
Tahun ini, IBF memamerkan dampak dari upaya kolektif yang dilakukan oleh para pekerja, pengusaha, merek internasional, dan pemangku kepentingan industri lainnya melalui peluncuran The Impact of BWI: Laporan Refleksi 10 Tahun. Laporan ini merinci pencapaian signifikan sektor garmen Indonesia dalam hal kepatuhan terhadap peraturan dan standar ketenagakerjaan serta memeriksa area-area di mana ketidakpatuhan yang terus-menerus masih menjadi masalah. Sebagai contoh, sekitar 45% ketidakpemenuhan yang dilaporkan di pabrik-pabrik terkait dengan pembayaran lembur.
"Bahkan [ketika] menghadapi tantangan yang signifikan, banyak masalah kepatuhan telah ditingkatkan dengan penguatan perundingan bersama [dan] perbaikan kondisi kerja," kata Michiko Miyamoto, Direktur Negara ILO untuk Indonesia dan Timor-Leste, dalam sambutannya.
Sesi terakhir dari forum ini menekankan perlunya berkolaborasi untuk mencapai ekosistem yang lebih kuat dan adil bagi seluruh industri melalui kerangka kerja yang lebih baik dan bersama untuk mengatasi status quo.
Diskusi panel tripartit: Refleksi tentang industri garmen berorientasi ekspor Indonesia dan jalan ke depan
Sebuah diskusi panel bertajuk Pasca-COVID-19 dan UU Cipta Kerja: Tantangan Ketenagakerjaan dan Ekonomi serta Jalan ke Depan untuk Sektor Garmen Indonesia menyoroti kemungkinan risiko di masa depan dalam mengantisipasi potensi gelombang krisis ekonomi. Panel tersebut menghadirkan perwakilan tripartit dari industri, seperti Anne Patricia Sutanto, Wakil Ketua API dan Anggota Dewan Penasihat APINDO, Djoko Heriyono, Ketua SPN-KSPI yang mewakili serikat pekerja di sektor ini, Surya Lukita Warman, Sekretaris Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial, Kementerian Ketenagakerjaan, dan Faisal Basri, seorang ekonom terkemuka dari Universitas Indonesia yang memberikan tinjauan umum tentang industri dan situasi ekonominya.
"Mungkin [audiens] sudah tahu bahwa industri dengan pertumbuhan tertinggi pada Q1 hingga Q3 tahun ini adalah sektor tekstil dan garmen," kata Basri. "Sektor fesyen dan garmen adalah yang paling terdampak [oleh krisis COVID-19], tetapi mereka pulih paling cepat," tambahnya.
Sutanto dari API dan APINDO mengatakan bahwa industri garmen Indonesia dapat bertahan di tengah pelemahan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi karena adanya otomatisasi, adaptasi, dan kolaborasi dengan tenaga kerja. "Sektor kami bertahan dan berkembang karena kami, bersama dengan serikat pekerja atau mitra kami, bekerja sama untuk terus menghasilkan produk berkualitas tinggi untuk industri ini," katanya.
Memungkinkan tempat kerja yang bebas dari pelecehan seksual dan kekerasan di tempat kerja
Forum ini juga menyoroti pelecehan dan kekerasan seksual di tempat kerja. Dalam sebuah sesi interaktif, para peserta diminta untuk mengidentifikasi tindakan pelecehan seksual dari sebuah poster yang menampilkan risiko umum dari situasi sehari-hari yang dihadapi oleh pekerja di sektor garmen. Kegiatan ini mencerminkan masukan nyata dari para pekerja garmen yang diberikan kepada Better Work Indonesia selama sesi pelatihan Program Tempat Kerja yang Hormat (RWP ). Pesannya jelas: pelecehan seksual dapat terjadi di semua departemen, dan pelaku serta korbannya bisa siapa saja yang bekerja di pabrik.
"Salah satu isu utama yang menjadi fokus kami adalah pengurangan kekerasan di tempat kerja," ujar Miyamoto pada hari itu.
Di hari berikutnya, para peserta belajar tentang kemajuan pabrik-pabrik dalam RWP, seiring dengan upaya melembagakan pencegahan dan penanganan pelecehan dan kekerasan seksual di tempat kerja yang terus berlanjut.
Beberapa perwakilan pabrik menjelaskan upaya mereka untuk memberikan pelatihan dan juga melakukan kampanye peningkatan kesadaran dalam konteks program RWP. Mereka juga membahas bagaimana mereka membuat mekanisme pengaduan terkait pelecehan seksual dan kekerasan di tempat kerja serta membuat kebijakan dan prosedur yang relevan.
Forum ini juga memberikan pengalaman Virtual Reality (VR ) kepada mereka yang hadir secara langsung mengenai pencegahan dan penanganan pelecehan seksual - sebuah cara baru untuk belajar mandiri mengenai pelecehan seksual. Pengalaman VR ini dirancang untuk mendorong perubahan perilaku individu dan memberikan kesempatan untuk meninjau kebijakan dan mekanisme perusahaan.
"Refleksi akhir tahun tentang pencapaian di tahun 2022, dengan sepuluh tahun keberadaan program dan tantangan industri di masa depan, dirangkum dan disajikan dengan sangat baik dalam acara satu hari ini," kata Andi Zuhri dari Columbia Sportswear. "[Acara ini] tidak hanya bermanfaat, tetapi juga menyenangkan!" tambahnya.