Mengatasi Dampak Pandemi COVID-19 dengan Transparansi Antara Pengusaha dan Pekerja

31 Agustus 2020

Apa yang dapat dilakukan oleh pengusaha dan pekerja untuk membantu memerangi pandemi COVID-19? Mereka dapat bekerja sama. Program Better Work Indonesia menyerukan kerja sama antara perwakilan pengusaha dan pekerja melalui dialog sosial.

Berita | Jakarta, Indonesia | 21 Juli 2020

Pandemi COVID-19 dengan konsekuensi sosial-ekonomi yang luas membutuhkan dialog sosial bipartit yang efektif dan kerja sama untuk merancang solusi yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Untuk menguraikan pentingnya dialog bipartit antara pengusaha dan pekerja, Better Work Indonesia, sebuah program bersama ILO dan International Finance Cooperation (IFC) tentang kepatuhan ketenagakerjaan, mengadakan diskusi online mengenai dialog sosial di tempat kerja.

Diskusi ini merupakan bagian dari rangkaian keterlibatan media sosial Better Work Indonesia melalui live Instagram yang ditayangkan setiap hari Minggu. Seri advokasi ini bertujuan untuk mempromosikan solusi yang saling menguntungkan bagi manajemen dan pekerja dalam menghadapi pandemi.

Christianus Panjaitan, Program Officer Perlindungan Sosial ILO, menjelaskan tentang tiga tingkatan dialog sosial menurut definisi ILO: pertukaran informasi, konsultasi, dan negosiasi. Idealnya, dialog sosial yang baik harus mengikuti tiga langkah tersebut untuk mencapai solusi terbaik bagi semua pihak yang terlibat.

"Kebanyakan dialog sosial bipartit cenderung langsung melompat ke tingkat negosiasi karena manajemen dan pekerja hanya duduk bersama ketika ada masalah yang muncul. Sistem komunikasi dapat dengan mudah dilakukan dengan cara bertukar informasi secara berkala. Hal ini akan mendorong keterbukaan dan transparansi antar pihak sehingga proses perundingan akan berjalan dengan lancar dan menghasilkan hasil yang terbaik bagi semua pihak," katanya.

Pentingnya komunikasi juga diakui oleh Elly Rosita Silaban, Presiden Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI). Sayangnya, ia mengakui bahwa tidak semua serikat pekerja terbuka terhadap mekanisme komunikasi reguler karena mereka lebih suka melakukan protes jika ada masalah.

"Masih ada kesenjangan antara pengusaha dan pekerja yang sering menimbulkan rasa ragu dan curiga satu sama lain. Kami menyadari bahwa jika pengusaha dan pekerja memiliki hubungan yang baik, maka semua masalah ketenagakerjaan dapat diselesaikan dengan cara yang lebih baik," akunya.

Kesenjangan yang ada antara pemberi kerja dan pekerja sejalan dengan jajak pendapat yang dilakukan melalui jajak pendapat Instagram, yang mengungkapkan bahwa 60 persen pekerja mengatakan bahwa keraguan adalah tantangan terbesar yang mereka hadapi untuk memulai komunikasi dengan pemberi kerja.

Mengatasi Dampak Pandemi COVID-19

Untuk mengurangi kesenjangan komunikasi antara pengusaha dan pekerja, Danang Girindrawardana, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), menyarankan untuk mengadakan obrolan atau diskusi informal secara rutin yang dapat dilakukan dengan mudah dalam acara informal seperti rehat minum kopi atau acara-acara perusahaan. "Diskusi harus dilakukan secara rutin dan santai dan saya yakin hal ini akan menciptakan keterbukaan dan membangun kerja sama yang baik antara pengusaha dan pekerja," kata Danang.

Menyoroti pentingnya dialog sosial, Christianus mengingatkan baik pekerja maupun pengusaha bahwa kedua belah pihak merupakan satu kesatuan. Kedua belah pihak saling membutuhkan dan bergantung satu sama lain untuk membangun bisnis yang menguntungkan dan berkelanjutan. "Untuk mengurangi kesenjangan, inisiatif komunikasi bisa dimulai dari pihak pengusaha. Ketika kepercayaan sudah terbangun, maka dialog bisa dimulai dari pihak pemberi kerja maupun pekerja," tambah Christianus.

Diskusi diakhiri dengan kesepakatan mengenai pentingnya keterbukaan dan transparansi dalam dialog sosial. Hal ini dapat membangun kepercayaan dan rasa saling menghormati antara pengusaha dan pekerja, yang pada gilirannya akan memperlancar proses negosiasi untuk mencapai solusi yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Selain itu, dialog sosial bipartit yang efektif juga dapat menyelesaikan masalah ekonomi dan sosial, mendorong tata kelola yang baik, dan memajukan stabilitas industri.

Berlangganan Buletin kami

Ikuti perkembangan berita dan publikasi terbaru kami dengan berlangganan buletin reguler kami.